Khaul pendiri, pengurus dan keluarga besar Yayasan Sabilillah serta peringatan malam nisfu Sya’ban dilaksanakan di Masjid Sabilillah, tepatnya diadakan pada hari Sabtu, 16 Juli 2011.
Khaul pendiri, pengurus dan keluarga besar Yayasan Sabilillah serta peringatan malam nisfu Sya’ban dilaksanakan di Masjid Sabilillah, tepatnya diadakan pada hari Sabtu, 16 Juli 2011. Rangkaian acara berlangsung sejak pagi hari setelah sholat subuh, dilanjutkan dengan Khotmil qur’an yang dipimpin oleh Gus Mun’im Syadzili dari pondok sumber pasir Pakis hingga menjelang ba’da dhuhur.
Ba’da ashar Madrasatul Qur’an Sabilillah yang diprakarsai oleh Ust. Anas Basori juga melakukan sema’an Al Qur’an hingga menjelang maghrib. Ba’da Mahrib Pengajian rutin malam mingguan dimulai setelah dilakukan pembacaan surat Yasin yang juga masih dalam rangkaian peringatan nisfu sya’ban dan khaul yayasan Sabilillah.
Setelah itu pengajian yang dipimpin oleh Habib Husein bin Alwi bin Aqil, yang membahas tentang keutamaan malam Nisfu Sya’ban yang menurut Hadist Rosul diantara beberapa bulan yang istimewa selain rajab dan ramadhan, bulan Sya’ban adalah salah satunya yang patut kita tunggu kedatangan dan keutamaannya. Dalam penjelasannya Habib Husein mengajak para jama’ah untuk selalu melakukan tafakur dan memperbanyak dzikir pada malam-malam di bulan Sya’ban. Karena Rasulullah sendiri telah mencontohkannya. Pengajian Habib Husein berakhir tepat menjelang adzan Isya’.Setelah sholat Jama’ah Isya’ acara dilanjutkan dengan pembacaan tahlil dan kirim do’a yang diimami oleh Ust. Anas Basori, diikuti oleh hampir 500′an jama’ah rutin dan jama’ah yang pada malam itu memang secara sengaja datang untuk mengikuti acara Malam Nisfu Sya’ban di Masjid Sabilillah.
Gema tahlil dan Al Fatikhah terdengar hampir satu jam lamanya, hingga pada rangkaian acara yang terakhir ditutup dengan Tausyiyah oleh Ketua Dewan Pembina Yayasan Sabilillah Prof. DR. K.H.M. Tholchah Hasan. Pada tausyiyahnya beliau menyampaikan bahwa acara pada malam hari itu adalah sebagai salah satu ungkapan syukur dan evaluasi diri, serta menilik kembali manfaaat apa yang telah diberikan oleh Masjid pada umumnya dan pengurus Yayasan pada khususnya.
Menurut Rasul, masjid selain sebagai tempat beribadah, juga harus difungsikan sebagai pemenuhan manfaat bagi setiap kebutuhan umat dan jama’ahnya. Sedangkan pada masa sekarang ini banyak masjid makin bagus bangunannya akan tetapi banyak pula jama’ah yang meninggalkannya. Lebih lanjut beliau menjelaskan kenapa di Indonesia, yang katanya masyarakatnya adalah mayoritas beragama Islam dan tiap tahun banyak memberangkatkan jama’ah Haji, namun makin banyak pula yang masuk ke dalam bui “Penjara”.
Beliau melanjutkan, suatu ketika Rasulullah memanggil seorang sahabatnya, yang bernama Abu Darda’ dan menyampaikan sebuah sabda “Akan datang suatu zaman, yang nanti para manusianya mempunyai suatu sikap terlalu mencintai 5 hal dan sungguh melupakan akan 5 hal lainnya yang lebih penting“saya’ti zamanun ‘ala ummati yuhibbuna khomsan wayansauna khomsan”,”. Sahabat bertanya… Wahai Rasul, apakah 5 hal yang terlalu dicintai hingga melupakan 5 hal yang lebih penting darinya…??” Rasulullah menjawab; lima hal yang terlalu dicintai hingga melupakan 5 hal yang lebih penting itu yakni, Yang pertama adalah yuhibbuunaddunya wayansaunal akhiroh”,terlalu mencintai dunia yang pada akhirnya lupa akan kehidupan akhirat. Atau lebih tepatnya terlalu terikat dengan duniawi.
Kyai Tholchah menjelaskan, kira-kira kita dalam waktu 24 jam terakhir ini pikiran kita akan lebih banyak mengarah kepada apa saja?? Baik disadari atau tidak, nampaknya sebagian dari kita sekarang ini tatkala merenungkan rukun iman yang ke-5 hanya sebatas pengetahuan saja, bahwa adanya yaumil qiyamah dan kehidupan akhirat tidak memberikan dampak yang lebih jauh terhadap kejiwaan.
Yang kedua, yuhibbuunal maala wayansaunal hisab”, umatku kelak di akhir zaman akan lebih mencintai harta dan materi, dia akan berusaha menumpuk dan tidak pernah akan menunjukkan sebuah kepuasan dan di pihak lain melupakan hisab. Karena, Sekecil apapun nikmat yang Allah berikan kepada kita pasti akan ada suatu majelis dimana kita dituntut untuk menunjukkan pertanggung jawaban kita, yang akan langsung dipimpin oleh Allah Swt. Yang ketiga, “umatku kelak di akhir zaman yuhibbuunal kholqoh wayansaunal khooliqoh, umatku kelak di akhir zaman lebih mencintai dan memiliki perhatian kepada sesama makhluk Allah dan lupa kepada penciptanya”.
Tidak jarang dalam kehidupan keseharian kita melihat seorang ayah karena saking sayang kepada anaknya dia lupa menunaikan kewajiban sholat 5 waktu, karena saking sayangnya suami kepada istri dia rela mengorbankan kewajiban shalat shubuh dan banyak indikasi-indikasi lainnya sebagai perwujudan lebih cintanya kepada makhluk dan lupa kepada kholiqNya. Ya rasulullah setelah engkau gambarkan kepada kami 3 hal apakah yang dua hal lagi masih mengerikan dan masih menunjukkan sebuah kehidupan yang sangat memprihatinkan?”, yah yang keempat yakni kelak di akhir zaman “yuhibbunaddzunubah wayansaunattaubah, umatku kelak di akhir zaman akan lebih menyukai perbuatan-perbuatan dosa”, perbuatan dosa akan menjadi warna keseharian kehidupan, dari mulai dosa terkecil sampai dosa besar, dosa ghibah sekarang ini sudah menjadi salah satu romantika daripada pergaulan keseharian dan lupa kepada taubat, dari hari ke hari kita menumpuk dosa namun frekuensi bertaubat kita kepada Allah tidak seimbang dan tidak seintensif kita berbuat dosa. Marilah hal ini kita renungkan dalam hati sanubari yang paling dalam.
Kemudian yang terakhir, Rasulullah menyampaikan umatku kelak di akhir zaman yuhibbunal kusuroh wayansaunal fahfaroh, umatku kelak di akhir zaman akan lebih menyukai gedung-gedung yang megah, rumah-rumah yang mewah dengan keluasan-keluasan tanahnya yang sedemikian rupa menyolok, namun di pihak lain kata Rasulullah umatku kelak di akhir zaman akan lupa terhadap kuburan, padahal kuburan inilah yang akan menjadi tempat yang cukup lama, tempat transit anda antara kehidupan dunia dan akhirat, yang luasnya tidak lebih dari 2 X 1 meter. Diakhir acara setelah do’a penutup dipimpin oleh Ketua Umum Yayasan Sabilillah Drs. H. Mas’ud Ali, M.Ag para jama’ah dan peserta acara pada malam hari itu diajak untuk makan malam ala Rasul yakni makan dengan menggunakan nampan yang berisi nasi dan lauk dalam satu nampan cukup untuk makan tiga sampe empat orang. Sungguh kegayengan malam itu mengakhiri acara yang Insya Allah penuh berkah itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar