Bagian mana dari kehidupan yang kita rasakan kita masih kurang merasa puas, lingkungankah, rezekikah, kesehatankah, jodohkah atau sesuatu hal yang paling sering kita kejar. Yang kadang kala kita sendiri belum begitu jelas dan tahu apa itu?. Bisakah kita tenang, seperti saat kita tidur ditengah malam, mata kita terpejam, detak jantung seirama dengan denyut nadi, tidak ada hentakan-hentakan atau kejutan yang membuat darah diujung ubun-ubun menjadi meluap, keringat di sekujur tubuh deras mengalir tak terbendung.
Ketidak legaan kita membawa kita kepada batas nafsu yang pada akhirnya akan melahirkan kurangnya rasa syukur. Syukur atas apa yang kita peroleh, syukur atas apa yang ada pada lingkungan, keluarga, tempat kerja bahkan diri kita sendiri. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : Nabi saw. bersabda : “Allah Ta’ala berfirman : “Aku menurut sangkaan hambaKu kepadaKu, dan Aku bersamanya apabila ia ingat kepadaKu. Jika ia ingat kepadaKu dalam dirinya maka Aku mengingatnya dalam diriKu….” (Hadits ditakhrij oleh Bukhari).
“AKU menurut sangkaan hamba-KU” jika kita memandang segala yang kita terima dari Allah swt saat ini adalah baik, maka Insya Allah kebaikan pula yang akan mengikuti kehidupan kita. Maka, mari berusaha menakar hati, melihat kembali diri adakah celah ketika kita tidak pandai bersyukur. Ketika kita masih menganggap diri kita, merasa paling sial. Maka seterusnya kesialanlah yang akan mendatangi kita.
Melalui momen Maulid Nabi ini, mari kita mengingat bahwa semangat perubahan yang dibawa oleh junjungan kita, Nabi Besar Muhammad saw, pada saat masa jahiliyyah, adalah patut kita pupuk kembali di dalam sanubari kita. Mengikis nafsu, mengubah pandangan kesialan dengan keberuntungan. Atau dengan kata lain merasa kuranglah akan ilmu dan wawasan namun merasa cukup dan bersyukurlah akan nikmat dan rahmat… Wallahu’alam bissowab….(M@:Red)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar